Feeds:
Pos
Komentar

Archive for April 20th, 2010

DIBUKA, BIRO WISATA PAJAK

Oleh : EMPI MUSLION_JB

Direktur Lembaga Kajian Menara Demokrasi

Terpana dan hanya bisa melongo, saat Kombes Susno Duaji melontarkan pernyataan ada mafia hukum penggelapan kasus pajak senilai 28 Milyar Rupiah yang dilakukan oleh seorang PNS di Dirjen Pajak Departemen Keuangan yang hanya berpangkat golongan III/a, tentunya proses penggelapan peluh keringat rakyat ini sampai vonis bebas yang diterima oleh Gayus Tambunan dilakukan secara bergerombolan dengan pelaku lainnya pada berbagai institusi yang sekarang sudah masuk ke ranah KPK.

Syahdan, teringat sejak berpuluh tahun yang lalu sampai tiba masa pencerahan di era reformasi ini katanya, dikampung saya nun jauh disana dipelosok lembah bukit barisan, betapa orang tua, sanak famili, handai tolan, tetangga dan warga kampung saya, tak pernah lelah dan membantah begitu patuh dan taatnya mereka membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Bagi yang tidak memiliki uang tunai, mereka rela menggaransikan tanaman ataupun hewan yang mereka miliki, seperti pohon pisang, pohon pepaya, ayam ataupun telur itik ke petugas pemungut PBB. Begitu juga dengan sang penagih PBB biasanya dilakukan oleh aparat pemerintah desa dan pegawai kantor camat, saya melihat dan bahkan pernah ikut sebagai pelaku pemungutan PBB ini sendiri, bagaimana mereka keliling kampung sejak pagi sampai malam buta, berkoar koar di mimbar mesjid, berbaur ditengah sawah mensosialisasikan betapa pentingnya pajak bagi pembangunan, keadaan ini saya yakin bukan hanya terjadi di kampung saya nan jauh dari hiruk pikuk Ibu Kota tempat si Gayus Tambunan bekerja di ruang yang pengab udara tapi nyaman bak di sorga,  keadaan ini sepertinya hampir merata diseluruh pelosok ibu pertiwi.

Jika saja GT nantinya dapat terjaring hidup hidup, yang katanya sekarang lagi membuka biro pajak di Singapura sana, ingin sekali saya mengajaknya berwisata kekampung saya itu, melihat panorama alam Indonesia yang gemah ripah loh jinawi, melihat masyarakatnya yang ramah tamah saking ramahnya tak pernah bertanya untuk apa pajak kami digunakan, melihat hamparan bumi dan bangunan yang walau masih banyak bangunan seperti tempat tinggal si GT dimasa kecil di ujung kota Jakarta – Warakas sana. Ingin saya membawanya naik motor ojek biarpun berbecek-becek mengelilingi desa demi desa, kemudian istirahat dan membuka sepatu buatan Italianya untuk mendaki bukit menyusuri rawa rawa sekedar merasakan betapa nikmat dan indahnya perjalanan wisata menagih pajak kependuduk, mudah mudahan penduduknya beriba hati menyerahkan koin koin tabungannya demi membangun Indonesia tercinta ini katanya, mudah mudahan pula koin itu dapat terkumpul dalam beberapa hari, kemudian di bawa ke Jakarta.

Sepeninggal tuan GT dari wisata menagih pajak di lorong lorong kampung saya, saya akan mensosialisakan kembali ke warga kampung saya bahwa tuan GT akan kembali ke kampung kita dengan membawa penerangan listrik, jalan desa, pupuk murah, biaya berobat murah, dan embel embel subsidi lainnya, semoga harapan warga kampung saya itu menjadi ingatan GT saat mengangkat Blackberry di mobil BMW versi terkini di garase rumahnya di bilangan Kelapa Gading yang nilainya jika dikalikan dengan penduduk desa yang kena wajib PBB separuh penduduk bumi Indonesia ini, saat mengkalkulasikan penerimaan pajak negara dari ruang kantornya, semoga tuan GT menganalisanya dengan sangat teliti sehingga  tidak ada yang tercecer dari kantong jas parlentenya.

Jika wisata pajak ini mendapat apresiasi oleh tuan GT, dan saya telah yakin terlebih dahulu, tuan GT pasti menikmati dan menggandrungi perjalanan wisata pajak ini, betapa tidak ternyata tuan GT merasakan dan meyakini bahwa tanah Indonesia itu memang subur dan kaya raya dengan aneka hasil buminya, sehingga dari perjalanan wisata pajak ini tuan GT dapat mengoleksi berbagai berlian, emas dan batu permata mutu manikam nusantara yang menjadi oleh oleh penawar senyum istrinya yang ditinggalkan beberapa hari.

Melihat kebahagiaan tujuh turunan tuan GT dari perjalanan wisata pajak ini, selanjutnya terbetik pula keinginan saya untuk mempromosikan wisata ini keinstansi tuan GT lebih jauh, semoga saja tuan GT bisa mengajak Kombes Susno Duadji atau yang mirip kesadarannnya dengan Beliau ntuk menawarkan ke teman teman tuan GT lainnya yang berprofesi lebih juah sama dengan tuan GT. Akan saya adakan biro perjalan khusus melebihi kemewahan wisata ke Singapura yang dilakukan tuan GT saat ini, mereka akan saya ajak menyaksikan betapa eksotisnya Indonesia, yang koteka saja bisa menjadi aksesoris pakaian mewah manusia, perahu kecil saja bisa dijadikan rumah tinggal istimewa di luas samudera, akan saya ajak menyaksikan keluhuran bangsa ini menjaga alam nenek moyangnya, betapa alang alang, jerami padi, daun rumbia masih banyak menghiasi rumah rumah penduduk yang tanahnya tetap dikenai pajak bumi.  Walau akhirnya mereka sendiri yang terkena dampak globalwarning terbesarnya.

Penat berwisata menyusuri keajaiban Indonesia, saya akan menawarkan ke tuan GT dan rekan rekannya, bagaimana seandainya biro wisata pajak saya supaya semakin diminati oleh rekan rekan tuan GT yang ilmu akuntansi dan matematikanya yang tak sembarangan orang bisa mendapatkannya, maka akan saya usulkan membuat reklame reklame pajak di sudut sudut desa dengan kata kata, « hari gini nggak bayar pajak, apa kata dunia ? » « Orang bijak taat bayar bajak », supaya warga kampung saya memahami makna iklan iklan tersebut yang kadangkala masih banyak diantara mereka yang berhuruf buta, maka akan saya buat saja  sebuah reklame dengan lukisan elok alam Indonesia yang dialiri air sungai nan jernih, berhulukan air mata darah warga kampung saya Indonesia pusaka mengalir menuju muara laut di Kelapa Gading sana atau ke muara Gading Gading yang tak berkelapa lainnya, mengalirlah terus kau ku gerus…

Read Full Post »